Sunday, May 18, 2008

Dokter Intern Indonesia

Seorang sahabat bertanya tentang perubahan sistim pendidikan kedokteran di Indonesia saat ini, terutama tentang sistim kepaniteraan klinik. Berikut tanggapan saya:
-->
Sebelumnya, perlu diingat, Sistim pondidikan & profesi kedokteran di negara kita saat ini mengadakan perubahan besar. SEBENARNYA, intersnship itu tidak ada kaitan-nya dengan PBL. Tetapi kita melakukan perubahan serentak. Merubah sistim pembelajaran menjadi PBL. Juga merubah sistim pendidikan klinis. Sehinga terkesan, semuanya adalah gabungan dari sistim PBL.

Saat ini di Indonesia termasuk untuk FK-Unand, sedang digodok bentuk internship yang pas. Kita akan melaksanakan, gabungan dari primary care di Puskesmas dan RSUD di daerah. Melihat nanti feasibility nya: biaya, fasilitas, akomodasi, security dll.

Ada bebrapa hal yg perlu menjadi catatan, pertaman: bahwa 'Intership' adalah masih dalam tahapan pendidikan, Bedanya, mahsiswa (doktern intern), sudah selesai melaksanakan seluruh siklus (rotasi) co-schap (clerkship) nya.
Kalau dihitung dan dbandingkan dengan system sebelum nya, dengan sistim sekaran ini (PBL & TBL), pendidikan klinis akan lebih lama (1,5 tahun clerkship, PLUS 1 tahun internship). Total pendidikan tetap 6 tahun (pre klinik cuma 3.5 tahun)

Sebelum era PBL pun, hapir semua negara denagn British system (UK, Australia, Malaysia, Singapore dll), juga sudah melaksanakan internship ini. Misalnya, Malysia dengan sistim konvensional dulu, mereka melaksanakan sistim pendidikan dokter 5 tahun, plus internship satu tahun. Sedangkan untuk masuk Fakultas kedokteran di Malaysia, harus lulus pre-university satu tahun. Jadi sebenarnya kalo dihitung, lama pendidikan dokter di Malysia lebih lama dari kita (7 tahun baru bisa full registrasi). AKAN TETAPI, yang ditegaskan sebagai bagian pendidikan kedokteran hanya yg 5 tahun itu. Sehingga sering dikatakan, lama pendidikan dokter di Malaysia cuma 5 tahun.
Ketika, mereka berubah manjadi sistim PBL, yg berubah hanya sistim pembelajaran preklinis. Sedangkan yg lain tidak ada perubahan.

Ada beberapa perbedaan dalam sistim pendidikan kedokteran kita dengan negara yg memaki British system . (Oh ya, yg saya masksud dengan British system adalah British system pandidikan kedokteran-nya, bukan sistim pemerintahannya. Jadi negara-negara timur tengah termasuk yg memakai sistim ini).
- Pendidikan internship di negara-negara ini dilaksanakan dibawah administrasi departemen kesehatan. Jadi bukan lagi tanggung jawab fakultas kedokteran. Sedangkan di kita masih dibawa universitas.
- Dokter intern atau juga dikenal dangan JMO (Junior Medical Officer) dinegara tsb mendapat registrasi terbatas, tidak boleh melakukan praktek sendiri, hanya di RS/ Primary care dimana mereka ditugaskan; mereka dapat full registrasi jika telah selesai internship dan lulus 'ujian'. Kalau di kita karena di bawah koordinasi Fakultas, maka fakultas lebih banyak berusaha mencari tempat yg layak untuk pendidikan dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan; mahasiswa (dokter intern) juga hanya belajar (praktek) pada tempat yg telah ditentukan, tetapi dokter intern belum bisa mengurus surat registrasi konsil.
-Meskipun masih dalam tahap pendidikan, karena mereka dianggap sebagai bagian dari sistim pelayanan kesehatan, dokter intern digaji dengan layak [Kalau di South Australia sekitar AU$42,000/year: hampir 4000/bulan.. hmmm, kira-kira setara dengan gaji pegawai bank menengah disni... he..he...Tapi jangan di-rupiah-kan ya (Rp8200/dolar), akan terrlihat terlau besar, kan biaya hidup disini juga besar...]. Kalau di Indonesia, karena intern adalah mahsiswa universitas, ya harus bayar uang kuliah dong.. hmmm.

Tentunya, negar kita belum mapu sampai kesana (untuk mebayar intern, ... dokter residen aja kan belum digaji, dan mesti bayar mahal lagi..).
TUNGGU DULU, jangan bersdih hati, sistim sepeti ini bukan hanya Indonesia yg menerapkan, tapi jg beberap negara lain spt Slovakia dan beberapa negara Eropa Timur.

Hardi
The Pasadena Home
------------------

Saturday, May 3, 2008

Malas... & Seribu alasan:

Tidak ada stattistik memang yang meneliti tentang malas, atau paling tidak yang aku temukan. Dari sudah ber-ratus-ratus jurnal, artikel yang aku baca: nggak ada penelitian tentang 'Malas' karena menurut orang masalah-nya 'obvious', jelas, nggak perlu penelitian lagi... (he.. makin ngaur ini tulisan).

Meski tidak ada hasil penelitian statistik nya, aku berani berkata MALAS BERHUBUNGAN SANGAT SIGNIFICANT DENGAN SEBUAH KEGAGALAN. Ingat, Kegagalan yg diraih dengan usaha yg penuh kemalasan bukanlah sebuah keberhasilan yang tertunda, KEGAGALAN YANG LAHIR DARI SEBUAH KEMALASAN ADALAH AWAL DARI SEBUAH KEHANCURAN.

Inilah yang sering terjadi dalam kenyataan, untuk mengerjakan sesuatu, kita membantah naluri kita sendiri, mencoba mencari alasan pembenaran, padahal sebenar-nya kita malas.

Mengapa aku menulis tentang malas....
Ini ada kaitan-nya,

Ini sebuah refleksi....
Blog ini semula dirancang untuk info kesehatan, tanya jawab, free konsultasi, dll PLUS tempat tanya jawab & penyajian materi "Tutorial" & Kilasan singkat 'Celoteh' (Kuliah) yang aku berikan di Kampus....
Namun, karena 'kebutuhan mendesak' "Emengency-Urgency" pendidikan yang kujalankan; yang merambah dunia 'Psikologi Pendidikan, Clinical Skill, Primary & International Health' (He.. banyak amat, siapa suruh ambil program itu & ambil minor studies), maka 'Misi' itu belum bisa kulaksanakan, terpaksalah Blog ini ngganggur...

Namun aku bertanya... Apakah memang begitu?

Apakah bukan juga bukan PENYAKIT MALAS dgn SERIBU ALASAN YANG sudah metastase dalam pikiran.

Paling tidak...
... Aku tidak malas untuk kegiatan-kegiatan utama lainnya... & Semua berjalan lancar...

Hardi
The Pasadena Home
Adelaide, Australia
--------------------

Mari Dapatkan Keuntungan Disini

Copy Right: Hardisman 2007