Nyanyian “Poli-tikus”
Aku politikus muda
Mencoba melihat kedalam dada
Kepada yang lain ku ingin menyapa
Untuk mengingatkan yang sedang terlena
Lihatlah banyaknya yang ada diberita
Semuanya negatif tentang kita
Hujatan yang tak terhitung jumlahnya
Korupsi yang meraja lela
Manipulasi yang tiada terkira
Seakan-akan hanya itu isi media massa
Sidang kita lakukan tiada terkira
Rapat yang kita adakan tak terhitung jumlahnya
Padahal yang dibicarakan hanya itu-keitu saja
Prestasi yang kita hasilkan tak lah pernah ada
Sedikit hasil menelan trilyunan biaya
Memakan uang rakyat dan pinjaman dari luar sana
Kita nikmati semua uang itu dengan tersenyum bangga
Rakyat bersedih kita selalu ketawa
Mereka telah mati kelaparan dan sengsara
Maka..., bioleh jadi kita digedung ini tiadalah berguna
Saat kampanye berkoar-koar mengumbar janji
Tuk mendapatkan para pendukung, semua orang kita datangi
Kepada semuanya kita tersenyum dan berbagi
Namun..., semuanya hilang ketika sudah dapat kursi
Kata-kata janji tak pernah ditepati
Kalimat-kalimat yang dulu terungkap, sekarang telah basi
Rakyat yang lemah dan para penyokong tiada teringat lagi
Kita hanya tahu, bahwa kita pejabat yang perlu dihormati
Sekarang orang menyebut kita politisi
Kita duduk dalam berbagai komisi
Yang sebenarnya untuk membicarakan masalah rakyat dan mencari solusi
Tapi, kita malah hanya sering datang untuk menghitung hari
Sambil tidur, atau main facebook di handphone atau blackberry (blekberi)
Atau malah bolos, karena memang tiada sanksi
Atau berkoar-koar yang sebenarnya tak berisi
Lalu..., berbicara didepan mediapun lantang berapi-api
Sekan-akan kitalah yang punya semua ide dalam sidang tadi
Namun.., sebanarnya kita tak paham situasi
Dokumen-dokumen tebal itu juga tidak mengerti
Karena semuanya bisa diserahkan pada para staf ahli
Setiap hari kita sibuk mencari kesalahan lawan
Agar pemilihan tahun depan tidak dapat saingan
Sebaliknya, kesalah sendiri tak pernah dihiraukan
Tidak lagi mampan dengan saran dan kritikan
Sudah tuli terhadap caci-makian
Sudah kebal terhadap berbagai hujatan
Tapi, perbuatan bejat tidak juga ditinggalkan
Berbuat baikpun sudah jarang dilakukan
Kita tidak mau disebut kekanak-kanakan
Tapi ruang sidang kita ubah menjadi wahana pertengkaran
Mencaci semua lawan
Sambil memperlihatkan ego dan ketenaran
Padahal itu hanya lambang kebodohan
Mengapa setiap ada proyek besar kita datang berebutan
Seolah-olah itu menjadi sebuah mainan
Kita hanya ingin terlibat dan dapat persenan
Atau kita mencoba saling memperlihatkan kekuasaan
Bermain diatas, dengan memotong anggaran
Padahal, semuanya adalah proyek pembangunan
Yang harus terlaksana sesuai ketentuan
Yang dananya tak boleh disimpang siurkan,
...apalagi hilang ditelan siluman
Kepada sesama politikus
Ku ingin berbicara tulus
Marilah kita hasilkan prestasi dengan kerja bagus
Semoga semua kesalahan yang lalu dapat ditebus
--------------
Adelaide, Januari 201
No comments:
Post a Comment